Ngopi (Ngobrol Online Peningkatan Kompetensi) merupakan Media untuk Peningkatan Kompetensi yang dikemas secara online dengan narasumber akademisi, praktisi, tokoh masyarakat, dunia usaha dan lain-lain. Program Ngopi ini diselenggarakan setiap hari Kamis di minggu ke 1 dan ke 3 di setiap bulannya. Khusus edisi kali ini di minggu ke 3 tanggal 17 Juni 2021 pada Jam 09.00 sd 10.30 WIB melalui Akses Zoom dan Live Youtube.

Untuk Program Ngopi kali ini yang bertemakan “ Strategi Pemberdayaan Masyarakat melalui Kemitraan Pentahelik dalam Mewujudkan Cirebon Kota Kreatif dan Membangun Ekonomi Kreatif melalui Sinergi dan Pemberdayaan Komunitas” dengan pembicara Dr. Untung Santoso, M.Si selaku Dosen Universitas Muhammadiyah Malang dan Abah Adjie selaku Direktur Utama Komite Cirebon Ekonomi Kreatif yang dimoderatori oleh Indah Gilang Pusparani, S.Sos MSc. Ngopi diikuti oleh 62 Participants.

Acara dibuka oleh Bapak Iing Daiman, S.Ip, M.Si selaku Kepala BPPPPD yang menyapa seluruh peserta dari lingkungan pemerintah daerah Kota Cirebon dan publik. Beliau menyampaikan apresiasinya kepada narasumber yang bersedia berbagi informasi dan ide-ide “gila” untuk meningkatkan kompetensi dan memperluas wawasan para peserta.

Sebagai narasumber pertama, Dr.Untung Santoso, M.Si menyampaikan ekonomi kreatif menjadi jalan untuk mencapai Indonesia menjadi negara maju pada tahun 2045. Hal ini diejawantahkan dalam berbagai lini kebijakan, mulai dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dengan “Merdeka Belajar, Kampus Merdeka”, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi, Kementerian Dalam Negeri, serta Kementerian/Lembaga lain yang terkait. Lembaga-lembaga ini, serta Pemerintah Daerah, menurut Dr.Untung, menawarkan alternatif pembiayaan pengembangan ekonomi kreatif yang dapat diajukan oleh universitas atau komunitas secara kompetitif. Pendanaan ini juga dapat diakses oleh pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah dengan pendampingan universitas, sehingga kolaborasi antar stakeholders pentahelix dapat terwujudkan.

“Kota Cirebon juga harus memutuskan ingin menjadi Kota Kreatif yang seperti apa?” ujar Dr.Untung. “Karena kreativitas adalah suatu kemampuan untuk berpikir secara divergen atau tidak biasa. Industri kreatif saja tidak cukup. Kota Cirebon harus menghasilkan terobosan-terobosan yang orisinal dan dekat dengan masyarakat.” “Pemerintah daerah bisa bertindak seperti ‘dirigen’ pertunjukkan orkestra, yang melibatkan banyak stakeholders pentahelix. Beberapa daerah yang sudah meningkatkan ekonomi kreatifnya, seperti Pacitan, Pasuruan, Magelang, dan kota-kota di Bali.” Sementara itu, Abah Adjie selaku memperkenalkan Komite Cirebon Ekonomi Kreatif. Komite ini didirikan oleh Dinas Kepemudaan, Olaharaga, Kebudayaan dan Pariwisata, dengan menyatukan seluruh komunitas dan pelaku usaha ekonomi kreatif yang ada di Kota Cirebon. Untuk saat ini, menurut Abah Adjie, belum seluruh subsektor berhasil digerakkan karena sudah ada subsektor-subsektor yang unggulan dan telah berjalan. “Dalam hal kegiatan, kami telah mengadakan workshop cooking oleh para chef di sekolah dan umum secara gratis, pembuatan logo secara gratis, pengembangan musik sampah di Taman Belajar Cikalong,” ujar Abah Adjie. Meskipun didirikan oleh perangkat daerah, Abah Adjie mengatakan, dalam kegiatannya komite ini bertindak secara indepeden dari pemerintah. Unsur komunitas atau masyarakat menjadi kunci utama lokomotif pengembangan ekonomi kreatif di lapangan. Acara berlanjut seru dengan diskusi interaktif antara narasumber dan penanya dari pihak peserta. Salah satunya, dari Dr. Untung yang menanggapi Abah Adjie bahwa sebenarnya komite tidak perlu bertindak independen. Komite bisa merangkul universitas, media, atau pelaku usaha untuk melakukan pendampingan pembuatan proposal, pelatihan, pendanaan, atau komunikasi informal, agar mengakselerasi pengembangan ekonomi kreatif tersebut. Bapak Drs. Yayat Sudaryat, M.Si., juga menanggapi bahwa perangkat daerah di lingkungan pemerintah daerah Kota Cirebon saat ini sudah mulai bergerak mendorong ekonomi kreatif, tidak hanya Dinas Kepemudaan, Olaharaga, Kebudayaan dan Pariwisata, tetapi juga Dinas Perdagangan, Koperasi, dan UMKM juga, meskipun belum simultan. Acara kemudian diakhiri dengan kesimpulan oleh moderator dengan harapan bahwa sesi ini bisa lebih membuka sekat-sekat komunikasi dan pertukaran ide antar stakeholders pentahelix ekonomi kreatif di Kota Cirebon.