Rakyat berharap Jokowi adalah harapan. Itu ketika di masa SBY impor menggila menstimulasi hedonisme. Loba dan royal. Lupa, bahwa kehidupan yang dijalani berada di tebing lumpur. Bisa ambruk dalam sekejap, kehidupan bangsa dan negara hancur lebur.

Harapan rakyat semakin melambung, tatkala laut direpresentasikan dalam dua kementerian. Kelautan dan maritim. Yang satu berorientasi bisnis. Yang kedua bersifat politis. Ini mengingatkan kita pada lepasnya Pulau Ligitan dan Sipadan yang menyakitkan dari pangkuan Ibu Pertiwi.

Menteri yang ditunjuk untuk menggawangi sektor ini juga mumpuni. Kendati nama yang dimunculkan jauh dari ekspektasi banyak kalangan, tetapi itu pas. Susi yang bergaya cowboy cocok menempati posisi itu. Juga Indroyono Susilo yang putra almarhum Soesilo Soedarman, Menteri Pariwisata di era Orba.

Di pertanian muncul nama Amran Sulaiman. Bisnisman di produk insektisida, diharap mampu ‘meracuni’ tikus-tikus di kementerian ini, yang ‘ngrikiti’ benih, distribusi pupuk, kehancuran irigasi, sampai penyuluh pertanian yang sudah metamorfosis menjadi sales marketingsaprotan asing.

Namun harapan tinggallah harapan. Pertanian berjalan biasa-biasa saja. Hanya traktor baru untuk sebagian kecil sawah. Baru sebagian irigasi tergarap dari dana besar yang digelontorkan. Dan dimana-mana rakyat petani masih kelu dengan panen yang tak seseru dulu. Juga harga gabah yang terkesan tanpa proteksi. Subsidi.

Maka alih-lahan adalah konsekuensi logis. Bertani bukan pekerjaan. Itu hanya hobi.Klangenan. Sebagai nostalgia untuk melihat ledung padi menari ditiup angin. Merenungi nasib yang tak kunjung berubah. Memimpikan impian indah sambil bertanya kapan sejahtera dan kebahagiaan negeri agraris bisa menjadi nyata. Itu bagi yang sudah berusia senja.

Bagi yang muda? Bertani itu jangkrikan. Sektor yang menyebalkan. Tidak menguntungkan, tidak prestisius, dan simbol ‘kebodohan’. Bodoh? Ya, bagaimana tidak bodoh jika bekerja kokmerugi. Menanam padi kok tetap produksinya rendah di tengah pertambahan penduduk dunia miliaran dan maraknya teknologi GMO diterapkan di berbagai belahan dunia.

Di tengah situasi seperti itu, tiba-tiba menteri pertanian justru yakin semua produk pertanian dalam waktu dekat akan swasembada. Beras yang rutin impor akan teratasi. Kedelai yang tergantung Amerika bakal tercukupi dalam negeri. Jagung gampang dibeli. Persis seperti impian Zaman Kalasuba yang tersurat dalam banyak babad dan Jangka Jayabaya.

Itu di sektor pertanian. Forgetted. Bagaimana dengan perdagangan? Sektor ini ternyata tidak kalah megalomanianya. Ekspor negeri ini, katanya, akan melonjak drastis hingga 300%. Data itu dipampang dan dianalisis. Simpulan pun didapat begitu dari strategi yang disebutnya khusus itu.

Siapa sih menterinya? Rahmad Gobel yang menempati posisi puncak di kementerian ini. Saat dipilih Jokowi, nama belakang dari tokoh ini yang memberi sugesti rakyat, bahwa Jokowi tidak salah pilih. Dia kapabel di bidangnya. Dia moncer, dan semoga membawa kemonceran sektor ini.

Tapi harapan itu kembali layu sebelum laju. Gula yang mekanisasinya bak gurita itu disebutnya bakal swasembada. Tapi di saat yang hampir sama, dia kunjungi pabrik gula yang ‘bermasalah’. Dan gula mentah (raw sugar) impor yang katanya distop itu dibuka-tutup juga.

Janji yang membuat rakyat bingung mencerna itu ternyata bukan joke. Sebab ada lagi pernyataannya yang membuat rakyat memegang jidat saking tidak percaya dengan yang didengar. Itu adalah soal ekspor negeri ini yang disebutnya bakal naik 300%. Wah!

Memang pepatah bilang, gantungkan cita-citamu setinggi bintang. Itu tidak dilarang. Memang bermimpilah indah agar hidup tetap ceriah. Mimpi juga bebas dari pemidanaan. Tapi sebagai pejabat publik, janganlah cita-cita dan impian dipakai sebagai statement. Sebab itu akad. Janji.

Terus bagaimana kalau para menterinya ternyata adalah para pemimpi? Mudah-mudahan kita tidak terbuai dalam impian yang jauh dari kenyataan. Sebab ini negara, bukan komik dunia maya. Butuh pembuktian, tidak butuh pernyataan yang berbusa-busa. Djoko Su’ud Sukahar/Pemimpin Redaksi Agrofarm

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.